05 Agustus 2009

Masihkah Kau Mencintaiku (PRT-7)


KASUS-7, Masihkah Kau Mencintaiku

Sebuah acara reality show yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta, setiap hari rabu malam, dikomandani dan di pandu oleh bung Helmi Jahya, juga oleh mbak Dian Nitami.
Saya menilai ide dan maksud tujuan dari acara ini bagus dan baik, bukan hanya melulu bisnis, tapi saya yakin si pemilik ide dan pembuat acara mempunyai keinginan dan pengharapan yang baik dan mulia, yaitu ingin menyatukan kembali keluarga atau rumah tangga yang telah berada di ujung jurang kehancuran atau nyaris bercerai.
Bagi para peserta yang tampil diacara tersebut baik suami, istri, keluarga pihak suami dan istri itu tidak mudah, diperlukan keberanian, kemauan dan kepercayaan diri yang tinggi untuk berani tampil diacara tersebut, walaupun mereka semua telah diberi topeng penutup wajah.
Mengapa saya katakan demikian ?, karena mereka berani dan sangat berani untuk mengungkapkan masalah paling pribadi yang negatip (AIB) dalam rumah tangga meraka.
Saya yakin dan percaya kalau mas Helmi buat acara tersebut di tahun 1990, mungkin tidak ada orang yang mau maju keatas pentas " Masihkah Kau Mencintaiku ".
Sampai dengan era sembilan puluhan, siapa yang berani (pria/wanita) mengecat rambutnya dengan warna-warna mencolok, merah, hijau, keemasan, perak dll dan wanita mana yang berani pakai baju dengan udel dibiarkan bebas terlihat oleh siapa saja, pakai celana jeans ketat yang belahan pantatnya terlihat jelas, menyaingi belahan dadanya yang montok, pakaian dalam yang diubah menjadi pakaian luar, silahkan jawab pertanyaanku.
Artinya apa ?, sejak era reformasi (tahun 1998) terjadi perubahan drastis disegala bidang kehidupan, yang tadinya tabu dan haram hukumnya untuk di ketahui oleh orang lain, sekarang berani di pertontonkan kepada khalayak ramai.
Jadi sisi positipnya menurut saya, sebagian kecil masyarakat yang berpikiran maju dan terbuka, menganggap aib keluarga bukan sesuatu yang harus ditutup rapat dan dibiarkan busuk, sampai baunya menyengat dan menyebar kemana-mana.
Tapi masalah tersebut harus segera diselesaikan agar tidak busuk dan tidak berbau, karena mereka sadar tidak dapat menyelesaikannya sendiri (suami dan istri), mungkin juga keluarganya tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, maka dicarilah pihak lain yang diperkirakan dapat membantu menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah mereka.
Kalau kita menyaksikan acara tersebut, penonton yang hadir di studio turut hanyut dan emosional menyaksikan acara tersebut, banyak yang menangis, banyak yang marah, kesal, jengkel waktu melihat dan mendengar jawaban dari salah satu pihak yang dianggap oleh penonton salah, ngawur dan tidak dapat diterima.
Tapi saya sebagai seorang psikoterapis harus berkata jujur, kalau maksud dan tujuan dari acara tersebut untuk mendamaikan apalagi membuat cinta mereka yang bertikai kembali bersemi,.......... itu sesuatu yang sangat berlebihan dan sangat sulit bisa dicapai (acara tersebut baik, untuk memberikan shock terapy kepada mereka berdua).
Mungkin mereka bisa berbasa-basi, pura-pura, munafik,.......... berpelukan, menangis, menyesali, berjanji dll, karena mereka sedang tampil di TV, pikiran bawah sadar mereka ingin menampilkan citra mereka yang positip agar tidak dicemooh, dibenci, disumpahin oleh banyak orang atau mungkin sesaat mereka sadar karena melihat dan mendengar teriakan,.......... uuuuh !!! dari penonton.
Pertanyaannya apakah mereka benar-benar sadar dan mau memperbaiki semua kesalahan yang telah mereka lakukan (suami dan istri).
Dari pengalaman saya menerapi client kasus rumah tangga, banyak sekali client saya khususnya para istri yang terus menerus dibohongi oleh suaminya yang katanya telah sadar dan mau bertobat,......... tapi semuanya janji-janji GOMBAL !!!
Waktu saya tanya berapa kali ibu di GOMBALIN ?
Si ibu menjawab dengan emosional, ngak terhitung jumlahnya,.......... masak sich ngak terhitung ???
Pertanyaannya mengapa demikian ???
Karena memang sangat sulit sekali, kita bisa merubah kebiasaan buruk diri sendiri atau sangat sulit sekali bagi, kita dapat menyembuhkan penyakit Psikosomatik kita sendiri (kecuali mukjizat dari Tuhan).
Mengapa seperti itu ???
Karena kita tidak memiliki kemauan super dan kemampuan super yang cukup, untuk dapat menembus dan menghancurkan mental blocking negatip kita, karena kita semua terlalu egois.
Untuk itulah diperlukan bantuan seorang psikoterapis yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit Psikosomatik kita.
Dengan keyakinan, kemauan, saling percaya dan kerja sama yang baik antara client dengan saya, disertai doa kepada Tuhan, kita dapat sembuh total dari penyakit Psikosomatik kita.
Melihat acara, " Masihkah Kau Mencintaiku ", saya dapat katakan bahwa dari peserta yang ada, sebenarnya mereka semua mempunyai keinginan untuk kembali bersatu, kalau tidak punya keinginan rujuk (0% keinginan rujuk), tidak mungkin mereka mau tampil dalam acara tersebut.
Apakah hanya karena tampil di TV dan dapat hadiah mereka mau dipermalukan ???
Jadi kesimpulannya mereka semua dapat dipersatukan kembali, rujuk kembali sebagai suami-istri seutuhnya, kembali rukun, bersemi kembali cintanya, asalkan penyakit Psikosomatiknya disembuhkan,.......... itulah hadiah terindah, terbesar dan tak ternilai harganya bagi mereka berdua, juga bagi keluarga mereka,......... bagaimana pendapat mu ?