12 September 2009

MUSIM CERAI (PRT-8)


KASUS-8, Kawin-Cerai, Gaya Hidup Masa Kini

Sewaktu kecil kalau mendengar,......... sekarang musim Dukuh (buah Dukuh), musim Rambutan atau musim Mangga, saya pasti senang, karena buah-buahan tersebut adalah buah favorit kesukaan saya.
Rupanya masa telah berlalu dan berganti, musim buah-buahan tidak mendapat perhatian lagi, karena setiap kali kita ingin buah apapun, tinggal datang ke super market atau toko buah yang menyediakan buah-buahan kesukaan kita, baik buah lokal, terutama buah import.
Sewaktu saya kecil sampai menjelang dewasa (17 tahun), sepertinya kata CERAI, merupakan sesuatu aib yang sangat tabu untuk diketahui oleh pihak lain, selain keluarga.
Sekarang perceraian sesuatu hal yang biasa dan lagi ngtren, sesuatu yang WAH, sensasional dan " kemewahannya ", tidak kalah bahkan lebih heboh dari pesta perkawinannya.
Mereka saling pamer pengacara top, yang dipakai untuk mendampingi di sidang gugatan cerai dan ngurusin harta gono-gini, biaya pengacaranya,......... wah, sungguh luar biasa, kawan saya bilang bisa mencapai angka satu milyard rupiah (masak sich ???).
Saya membayangkan coba uang tersebut diamalkan atau diputar untuk modal kerja UKM, berapa banyak keluarga yang dapat ditolong dan diberi pekerjaan.
Disamping itu apakah bercerai itu enak ?,......... enak mungkin bagi emak dan bapaknya, bisa dapat daun muda lagi,......... tapi bagaimana dengan nasib anak-anaknya,......... bagaimana dengan kondisi kejiwaan mereka ?
Apakah emak dan bapaknya mengerti tentang kejiwaan ?
Lah,.......... mereka disuruh mengerti tentang diri dan pasangan mereka saja tidak bisa,.......... apa lagi disuruh mengerti kejiwaan anak-anaknya.
Kawan saya bilang kepada saya,......... Koh Le Man, kalau you mau ngetop sekarang ini, you cerai in saja you punya wife (istri),......... katanya bercanda tapi serius.
Busyet dech nih orang,......... kalau bukan teman, udah gue gibeng juga dech !!! (kata si Doel).
Waktu kumpul-kumpul dengan teman yang lain, kebetulan ada salah seorang teman yang usianya jauh lebih muda dari kita, dia kasih tahu dua bulan lagi akan menikah,......... salah seorang kawan tertawa keras sekali.
Kita semua sempat heran,......... mengapa mereka tertawa seperti itu dan nampak lucu sekali,.......... apanya yang lucu ?
Setelah puas tertawa dengan mata sedikit berair, dia bilang kepada teman yang hendak menikah, katanya : hari gini mau kawin ?,......... ngapain kawin,......... sekarang bukan musim kawin,......... tapi MUSIM CERAI tau !!!
Semua terdiam sejenak, kemudian semua tertawa geli,......... lucu kali teman kita yang satu ini,......... tapi saya yakin apa yang ditertawakan belum tentu dimengerti.
Dari beberapa client yang saya terapi, dalam kasus rumah tangga dan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), mereka RIBUT BESAR (sudah tidak ada titik temu dan jalan keluarnya), yang mengakibatkan mereka NYARIS BERCERAI.
Ternyata hati kecil mereka tahu dan menyadari bahwa perceraian berdampak sangat buruk khususnya bagi anak-anak mereka dan keluarga kedua belah pihak.
Tapi problem utama, yang membuat mereka harus bercerai adalah :
1, Tidak dapat mengalahkan EGO mereka sendiri
2. Tidak dapat menembus, apalagi menghancurkan Mental Blocking Negatip mereka sendiri.
3. Tidak mampu untuk saling memaafkan dengan tulus dan ikhlas.
4. Sudah tidak mempunyai kepercayaan lagi kepada pasangannya (suami, istri).
5. Sudah tidak tahan lagi karena disakiti terus menerus (kasus KDRT).
6. Tidak dapat mengendalikan Emosi Negatip.
7. Kesalahan yang dilakukan oleh suami atau istri telah berulang kali dilakukan dan terlalu besar.
8. Tidak ada cinta lagi di hati mereka.
9. Alasan lainnya,......... alasan emosional yang tidak prinsip.
(Sebagai referensi, silahkan lihat acara TV : Masihkah Kau Mencintaiku)
Untuk menyatukan mereka kembali seperti sedia kala (saya suka menyebutnya seperti masa pengantin baru), sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan pihak suami maupun istri mau melakukan hal-hal berikut ini :
1. Baik suami maupun istri, bersama-sama (berdua) atau sendiri-sendiri mau mengikuti program Terapi Psikosomatik.
Dari pengalaman saya, banyaknya pertemuan 15 s/d 18 kali pertemuan, a 1,5 jam per kunjungan, seminggu 3 x pertemuan.
2. Harus mengikuti sampai tuntas (selesai 100%), program Terapi tersebut.
3. Berdoa, minta petunjuk dan bimbingan Tuhan, yakini, imani, percayalah Tuhan akan menyatukan kembali keluarga kita.
Selama 3 point tersebut dapat dilakukan dengan tulus dan ikhlas, Tuhan pasti akan membukakan jalan untuk menyatukan kembali seperti semula, seperti masa-masa bahagia dulu, sebelum masalah ini terjadi.
Ingat perceraian jauh lebih menyakitkan dan membuat anak-anak kita mengalami traumatik berkepanjangan, yang sangat merugikan mereka, terutama saat mereka dewasa kelak, juga menyakitkan hati orang tua kita.
Jadi MUSIM CERAI nya lebih baik diganti dengan Musin RUJUKAN dan Musim BERAMAL,.......... amalkan biaya perceraian kita untuk fakir miskin, kaum duafa,......... lebih bermanfaat dunia akhirat bukan ?