13 September 2009

CINTA BUTA - 2 (PRT-10)


KASUS 10, Cinta Membutakan Segalanya

Lanjutan Kisah Nyata, CINTA BUTA - 1,
Cinta itu benar-benar buta dan membutakan segalanya, hal itu harus saya akui kebenarannya.
Kadang saya merenung dan berpikir, sungguh tidak masuk akal ,......... banyak orang yang nekat dan mau melakukan apa saja demi yang namanya CINTA, walaupun dia telah diperingati, diberitahu, bahkan dilarang, tapi tetap saja nekat,......... perduli setan dengan mereka itu, yang penting engkau milik ku seorang,........ kata sepasang sejoli yang sedang dimabuk cinta.

Lautanpun aku seberangi, gunung tinggipun akan ku daki, asalkan aku dapat cintanya,......... sungguh luar biasa yang namanya the power of love.

Sayangnya kenekatan tersebut akhirnya membawa derita yang panjang dan sangat menyakitkan.

Berikut adalah kisah nyata seorang client yang saya tolong karena kasus KDRT, seorang wanita usia 32 tahun (Nopember 2008), S1 Ekonomi, Universitas Swasta di Jakarta Barat, anak ke 2 dari 3 bersaudara, dari keluarga berada, bekerja diperusahaan farmasi di Jakarta.

Telah empat tahun menikah, tanpa anak, suami umur 30 tahun, lulusan SMA, keluarga biasa dan saat itu sudah nganggur +/- 2 tahun.

Dari sejak pacaran, Ibu dan kakaknya (wanita), sudah tidak menyetujui hubungan tersebut, menurut Ibunya, laki-laki tersebut perilakunya tidak baik, temperamental juga kurang bertanggung jawab.

Sejak masa pacaran Ibu dan kakaknya, kerap kali terlibat perang mulut dan ribut karena tidak suka dengan pacar si adik.
Beberapa kali membuat si Ibu semaput saking jengkel dan marah melihat kelakuan anaknya yang tidak bisa di bilangin dan selalu melawan.

Si Anak juga nekat mempertahankan cintanya kepada sang Arjuna dan tidak akan pernah melepaskannya, sampai-sampai pihak keluarga curiga, jangan-jangan anaknya di guna-guna oleh pacar nya.

Si Ayah yang lebih dewasa dan sabar, akhirnya bantu meyakinkan istrinya dan anak tertuanya, agar mau menghormati dan menghargai keputusan yang telah diambil oleh sang adik, semua kita lakukan demi cinta kita kepadanya, walaupun hal itu ditentang keras oleh mereka.

Karena nasi telah jadi bubur, akhirnya mereka berdua menikah juga,......... kehidupan keluarga baru pada mulanya seperti cerita Romeo dan Juliet, tapi hal itu tidak bertahan lama, hanya bertahan 1 tahun saja (pengakuan dari mereka).

Setelah itu sang Arjuna, mulai terlihat wajah aslinya ternyata bukan Arjuna tetapi Buto Cakil, pencemburu, kasar, bicara kotor dan ringan tangan (suka memukul) bila sedang marah.

Si istri merasa sangat menyesal dan malu sekali kepada Ayah, Ibu juga kakaknya , karena telah nekat dan melawan perintah Ibunda tercinta, juga masukan dari Ayahanda dan kakak nya tidak didengarkan sama sekali.

Itulah yang membuat dia nekat meneruskan kehidupan rumah tangganya, walaupun sering mengalami siksaan dari pihak suami dan semua itu disembunyikan, disimpan rapat-rapat agar tidak diketahui oleh pihak keluarganya.

Tiga tahun menahan derita, akhirnya dia tidak tahan lagi, lari pulang kerumah orang tuanya (selama ini di tinggal dirumah kontrakan yang jauh dari rumah orang tuanya).

Menurut Ibunya, waktu membawa terapi kepada saya, sifat anaknya sekarang berubah total, yang tadinya PD, ceria, lincah, gembira, berani, lucu,........ sekarang menjadi pendiam, takut, selalu was-was, sangat tertekan dan seperti orang stres,........ kata Ibunya.

Ya hal itu wajar saja, karena orang yang mengalami KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), kebanyakan akan berubah 180 derajat dari sifatnya yang semula (menjadi negatip), mengalami traumatik akibat kekerasan tersebut.

Saya diminta untuk menyembuhkan traumatik nya dan mengembalikannya seperti dahulu, menurut Ibunya,........ anaknya sekarang sudah taubat, pasrah, taat dengan keputusan yang akan di ambil oleh Ayah dan Ibunya, yaitu CERAI.

Jadi dari kisah nyata yang sangat menyakitkan dan traumatik ini, kita semua diingatkan agar selalu waspada, penuh pertimbangan dan dewasa dalam menentukan langkah dan sikap kita, walaupun kita sangat sayang dan mencintai pacar kita, tapi tetaplah bijak dan waspada sebelum kita memutuskan sesuatu.
Ternyata bermodalkan CINTA saja sangat tidak cukup, sangat merugikan, sangat menyakitkan terutama bagi kaum HAWA,........ WASPADALAH !!!
Keputusan harus diambil oleh Otak kiri kamu (nalar, logika, perhitungan), bukan dengan Otak kanan kamu (perasaan, emosi, empati).
Orang bilang : bila Cinta telah melekat tahi Kucing terasa Coklat,......... Jadi Cinta mu dengan si doi, Coklat atau tahi Kucing ?